Tanggung Jawab

Ada putus asa, terkadang sedih. Tetapi ketika membaca arti dari surat Ali Imran:139, jika kita beriman, maka kitalah yang paling tinggi derajatnya. mulai mencoba untuk bangkit kembali
mengumpulkan tenaga dan semangat.

Memang, semakin dewasa seseorang, akan semakin bertambah tanggung jawabnya. Saat ini, terfikir dulu ketika menjadi mahasiswa, yang menjadi tanggungjawab adalah, bagaimana kuliah dengan baik bagaimana menunaikan amanah organisasi dengan baik.  Namun saat itu, terfikir ketika masa sekolah, betapa tanggungjawab saat masa sekolah lebih sedikit.

yah, memang seperti itulah, mungkin ini artinya kualitas diri ini semakin bertambah dengan adanya ujian dan tanggung jawab yang harus dipikul. (aamiin)
dan Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, itulah janjiNya dalam QS Albaqarah:286.

jadi, tetap semangat.
tetap istiqomah dalam kebaikan
dan yakin bahwa diri ini bisa melalui segala ujian dengan nilai yang baik. aamiin.

Nostalgia SMP

Sedikit bernostalgia masa SMP

Saat itu, ada teman yang setia mau manjadi teman satu meja semenjak kelas 1 hingga kelas 3. Terkadang ada salah faham diantara kami, hanya terkadang ya. Namanya Yanti Oktavia. Dia sudah menikah, kangen deh. Sibuk apa ya dia saat ini.

Saat itu, teman-teman sekelas begitu berwarna, dari mulai kelas 1 yang saat awal mencoba untuk beradaptasi dari lingkungan SD. Kemudian kelas 2 yang katanya kelas unggulan, dan kelas 3 yang hampir sama dengan kelas 2. Berwarna, dari mulai persaingan untuk mendapatkan peringkat teratas, kreatifitas, candaan, kegiatan ekskul, dll.

Saat itu, bebas mengikuti kegiatan ekskul tanpa beban. Dari mulai ikut PRAMUKA yang memang diwajibkan untuk kelas 1, ikut PMR. Kemudian kelas 2 ikut ekskul Bahasa Arab, saying tidak ada kelanjutannya lagi.

Saat itu, ketika mengerjakan tugas kelompok, terkadang mengerjakan di rumah salah satu anggota kelompok kami. Seperti tugas drama Bahasa sunda, saat itu mengerjakan di rumah yanti. Sering bermain ke rumahnya, bermain ke sawahnya menangkap belalang, melihat kandang bebek. Ahhh seruuu. Tugas seni music, seni tari, tugas kerajinan tangan, membuat baju, membuat tas. Dan aku sering satu kelompok dengan yanti.

Saat itu, kelas 3 mengadakan pegelaran seni. Ada pameran kerajinan, pertunjukan seni, band, tari, dll. Hari pertama, teman-teman cewe menginap dirumahku. Senang sekali..

Saat itu, saat indah jika kita mengenangnya. 

Masa-Masa Itu

Mendengar satu lagu yang mengingatkanku saat masih di SMP. Masa-masa SMP apalagi SD, ya masa sebelum adanya tanggung jawab yang lebih besar. Tugas saat itu ya belajar, selesai belajar bermain, bebas tanpa beban.

Sebagian orang dewasa ketika merasa banyak yang harus dikaerjakan, ketika merasa banyak tanggung jawab, merindukan masa-masa itu, masa-masa bebas bermain tanpa beban, belajar tanpa beban. Termasuk aku saat ini, merindukan masa itu.

Apa pun alasannya, kita tetap harus menjalankan hidup. Tak boleh terus terpuruk, cobalah untuk bangkit. Mungkin, banyak orang yang sedang menunggu karyamu.

Bangkitlah dan tetaplah semangat! 

Menuntut Perhatian

Menuntut perhatian dari saudara/teman rasanya menjadi hal yang sangat menggelikan ketika kita hanya menuntut tanpa kita memberi. Ketika kita menuntut, akan hal apa pun, renungkan sudahkah hal itu kita lakukan untuk orang lain?

Miris rasanya, saat seorang teman dengan ade kelas melihat kondisi ke kamar, kemudian sang ade bertanya, “kakak sedang sakit?” lalu teman menjawab, “ah engga, diamah emang begitu”.

Mungkin hati ini terlalu sensitive. Tetapi setidaknya, jika tidak bisa memberikan rasa empati atau perhatian, janganlah malah menjatuhkan. Yah minimal gak peduli lah, tapi jangan menjatuhkan.

Introspeksi kembali pada diri ini, mungkin apa yang saya berikan untuk teman, untuk sahabat, untuk saudara, untuk orang tua, masih kurang. Dan ALLAH memberikan kesempatan kepadaku untuk memperbaikinya dengan cara ini.

Orientasi Diri

Oleh : Ust Anwar Anshori Mahdum

Ibadah adalah alasan Allah menciptakan manusia, dan karena memang untuk itulah kita hidup dan dihidupkan. Kita hidup, bukanlah sekedar hidup tetapi harus mentaati aturan Sang Maha Hidup, Dialah Allah. Bahkan ibadah adalah inti hidup. Orang yang tidak punya orientasi ibadah dalam hidup, seperti orang yang melakukan perjalanan tanpa tujuan, hampa. Bermujahadahlah, bersungguh-sungguhlah dalam melaksanakan ketaatan, dalam rangka menjemput keridhoaan Allah. Hingga akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan. Bukan sebuah beban yang memberatkan.

Sa’id Musfar Al KhotonI mengatakan, “Mujahadah berarti mencurahkan segenap usaha dan kemampuan dalam mempergunakan potensi diri untuk taat kepada Allah, dan apa-apa yang bermanfaat bagi diri, saat sekarang dan nanti dan mencegah apa-apa yang membahayakannya.”

Allah dalam surat Al Ankabut berfirman,

“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Bangkitnya seseorang dari kelemahan kepada semangat, dari maksiat kepada taat, dari kebodohan kepada ilmu dan dari keraguan kepada yakin, adalah ciri dari orang-orang yang bermujahadah. Ia selalu ingin mengoptimalkan nilai-nilai kebenaran dalam setiap gerak kehidupan. Insya Allah dengan konsep mu’ahadah, bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan yang senantiasa diorientasikan demi Allah karena Allah dan untuk Allah, maka keistiqomahan akan senantiasa menjadi bagian kehidupan yang selalu menyertai kita setiap waktu, Insya Allah. 

Istiqomah

Ada pertemuan pasti ada perpisahan. Ya, perpisahan kata itulah yang menjadi tema liqo ahad kemarin. Bukan perpisahan yang tidak akan bertemu lagi, tetapi karena perpindahan kelompok halaqah. Bukan itu yang akan menjadi pembahasan kali ini, tetapi perkataan seorang teman yang membuat saya berfikir lebih mendalam lagi.

Saat sang murabbiah memberikan kesempatan kepada salah seorang teman untuk berpendapat atau menyampaikan hal yang ingin disampaikan, salah satu perkataannya adalah “subhanallah sampai saat ini masih tetap istiqomah, walau pun jarak dari rumah jauh”. satu kata yang saya garis bawahi, istiqomah. 

Saya juga berfikir, kenapa saya masih istiqomah? padahalkan dengan alasan yang banyak, bisa saja saya mengundurkan diri, tidak ikut lagi dalam barisan.

itulah salah satu ni’mat Allah yang diberikan kepada hambaNYa. Bukan karena saya kuat, lalu saya tetap istiqomah. Bukan karena saya tidak merasakan lelah, bukan pula saya tidak pernah merasakan sakit hati. Sebagai manusia biasa, saya pun merasakan lelah, terkadang ada sakit hati, perasaan ingin mundur, dan merasa berjalan tertatih untuk terus berada dalam barisan. Kalau bukan karena kekuatan dari Sang Maha Pencipta, tentu saya sudah meninggalkan jalan ini. Oleh karena itu, banyak-banyak bersyukur pada Allah, karena itu adalah ni’mat yang sangat luar biasa yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Istiqomah memang tidak mudah, tetapi masa kita mau menyerah…

keep fighting, tetap semangat dan tetap istiqomah. Mohonlah, berdoalah pada Allah agar kita senantiasa istiqomah di jalanNya.

Egois

Beberapa tahun yang lalu, saya menemui atasan untuk mengundurkan diri dari perusahaan. bos saya bertanya, “Pak Bagus, mengapa anda mengundurkan diri, apa yang akan anda lakukan?”
saya menjawab, “saya akan berbisnis Pak.”
“Berbisnis?” tanyanya, “Pak Bagus, saya mau kasih saran, jadi orang jangan neko-neko. seperti saya ini. kalo dihitung-hitung penghasilan saya hanya 2,5juta perbulan. Apa yang saya lakukan? saya menerima yang Allah berikan pada saya, saya nikmati, dan saya tidak neko-neko.”
Dalam hati saya, orang ini begitu egois, hanya mementingkan dirinya sendiri. Kalo memang cukup dengan 2,5 juta per bulan, cari 20jutayang 17,5 jutanya kasih orang lain. jika kita merasa cukup dengan penghasilan kita sekarang, kenapa tidak mencari lagi untuk bisa membantu orang lain?
masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan kita. Sering kali cita-cita kita kecilkarena kita sangat-sangat egois. kita sering bekerja dengan terget hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disuatu pelatihan saya pernah bertanya pada  peserta, “Berapa penghasilan yang Anda inginkan?” ada yang menjawab, “Saya tidak tau pak, saya tidak tau ingin punya penghasilan berapa. Tapi yang saya inginkan, saya ingin punya pesantren yang mampu menampung minimal 100 santri yatim piatu atau fakir miskin, dan mereka semua free, mereka semua gratis. kalo saya hitung-hitung, saya harus punya penghasilan minimal 100juta perbulan.”
Bagaimana dengan cita-cita Anda? 
Berapa penghasilan yang Anda inginkan perbulan? 
Berapa banyak anda ingin punya anak asuh? 
Bisa jadi penghasilan kita sekarang kecil, karena kita cita-cita kita memang masih kecil. Cita-cita kita kecil, karena kita hanya memikirkan diri kita sendiri. 
“Barang siapa yang membantu menyelesaikan masalah orang lain, maka Allah akan membantu menyelesaikan masalahnya. Allah akan melipatgandakan rizki yang diinfakkan tanpa batas, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling banyak manfaatnya.”
 
Bagus Hernowo, Pesantren Enterpreneur